Ratusan orang, termasuk sejumlah tokoh berbagai kalangan, silih berganti mendatangi lokasi serangan Sarinah, melibatkan diri dalam aksi #KamiTidakTakut.
Acara yang dijadwalkan berlangsung mulai pukul 16:00, malah dimulai 15 menit lebih awal.
Berpusat di trotoar depan kedai kopi modern Starbuck yang menjadi lokasi serangan 14 Januari.
Warga dari berbagai kalangan berdatangan silih berganti, sebagian besar dalam baju putih.
Sastrawan dan wartawan Arswendo Atmowiloto menyebut cara itu yang sangat cerdas yang bisa dilakukan warga biasa, untuk menunjukkan pada kaum teroris, bahwa mereka tidak gentar.
"Ini sebuah bentuk perlawanan yang dengan jitu menunjukkan pada mereka, bahwa kita akan selalu bangkit melawan," kata Arswendo.
"Mereka punya jiwa pengecut, sampai melakukan aksi bunuh diri dan membunuh sembarang orang, kita akan menunjukkan bahwa kita tidak ciut. Mereka gagal.""
Mungkin mereka bisa terus melakukan aksi, ada kelompok lain yang melakukan lagi teror seperti itu, tapi kita lawan lagi dengan cara ini. Kita adu kuat saja. Dan mereka akan gagal lagi," tegas Arswendo
Dalam aksi ini, Ririn Sefsani, aktivis yang juga pegiat Forum Balekambang, meletakan bunga, sebagai tanda duka untuk korban sipil korban serangan teror. Ririn Sefsani, juga mengungkapkan hal senada dengan Arswendo.
"Saya merasa perlu berada di sini, karena saya tak bisa membiarkan kaum teroris itu merasa berhasil menebar ketakutan, dan memaksakan nilai-nilai mereka," kata perempuan ini.
"Para teroris itu melancarkan kekerasan untuk menumpas keberagaman, dan itu harus dilawan," tandasnya.
Putri mantan Presiden Abdurrahman Wahid, Yenny Wahid, yang ikut memberikan orasi menyebutkan umat dari semua agama harus melawan terorisme, karena terorisme bertentangan dengan semua nilai agama.
"Mereka mengatasnamakan agama, tapi sesungguhnya mereka memanipulasi agama."
Tampil pula aktris muda Poppy Sovia.
"Saya merasa harus datang ke aksi ini, karena tidak mau kalau mereka (teroris) merasa menang. Mereka harus tahu bahwa (aksi) mereka tidak berharga," jelasnnya.
Makin sore, berdatangan pula kalangan lebih beragam. Misalnya sekelompok pendukung Persija. Disusul dengan para politikus dan aktivis berbagai partai -yang mengubah suasana peristiwa.
SUMBER: bbc.com
