| Foto: klikkabar.com |
Dengan dipandu Ririn Sefsani, acara Malam Wiji Thukul ini diawali dengan pemutaran dokumenter berjudul “Wiji Thukul: Penyair Demonstran”. Di mata para aktivis 1998, Wiji Thukul punya arti penting. Selain sebagai teman dalam melakukan perlawanan terhadap kekusaan otoriter Orde Baru, Wiji Thukul juga dikenal sebagai penyair yang selalu menggelorakan semagat dan insipirasi untuk terus bergerak dan bergerak meraih keadilan.
Sayangnya, penyair pemberani kelahiran Solo 26 Agustus 1963 itu dinyatakan hilang sejak 27 Juli 1998. Hingga saat ini, keberadaan Wiji Thukul tidak diketaui rimbanya. Ada dugaan, Wiji Thukul diculik ketika para aktivis sedang gencar-gencarnya melakukan perlawanan terhadap pemerintahan otoriter Orde Baru. Karena itu, pada acara Malam Wiji Thukul di Atjeh Connection kemarin, para aktivis 1998 banyak yang menumpahkan kenangan dan kerinduannya pada Wiji Thukul. Selain itu, mereka juga tampil bergiliran untuk membacakan puisi-puisi Wiji Thukul.
Aktivis 1998 yang paling antusias membacakan puisi Wiji Thukul adalah Ulin Niam Yusron. Dia bukan hanya membca puisi ala penyair, tapi juga melakukan musikalisasi puisi Wiji Thukul. Dalam acara ini Eko Sulistiyo (Deputi IV Kantor Staf Presiden) dan Amir Faisal (Ketua DPP Hanura) juga didaulat tampil ke panggung untuk membacakan puisi Wiji Thukul.
Walau bukan penyair, Eko Sulistiyo mampu membacakan puisi Wiji Thukul. Itu bisa dimaklumi karena Wiji Thukul adalah teman akrab Eko sulistiyo ketika melakukan perlawanan terhadap pemerintahan otoriter Orde Baru. “Pendidikan Wiji Thukul itu tidak tinggi. Tapi pemikirannya mampu memberikan banyak inspirasi kepada para aktivis 1998,” kenang Eko Sulistiyo.
Amir Faisal (Ketua DPP Hanura) yang sebelumnya tak pernah baca puisi, akhirnya ikut larut dalam arus puisi Wiji Thukul. Putra Nek Muhammad asal Aceh itu ikut naik panggung untuk membacakan satu puisi singkat Wiji Thukul.
SUMBER: klikkabar.com - 22 November 2015